Minggu, 11 Desember 2016

MOBIL PICK-UP, MASIH BANYAK DIGUNAKAN ANGKUT ORANG


Pandaan - Sejak terjadi kecelakaan lalu lintas menimpa rombongan pick-up yang mengangkut dan menewaskan puluhan orang dijalur Pasuruan-Probolinggo beberapa tahun silam, Praktis pemerintah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia melalui dinas terkait dan kepolisian membuat larangan penggunaan pick-up (mobil bak terbuka) untuk mengangkut orang.

Slamet Siswoyo (45), Salah seorang sopir pick-up mengatakan bahwa pengangkutan orang menggunakan bak terbuka menurutnya sangat efisien, Selain itu penumpang juga tak terlalu banyak mengeluarkan biaya walaupun resiko yang ditimbulkan juga cukup besar.

"Menurut saya cukup efisien jika menggunakan pick-up ini mas, Soalnya orang-orang juga tak mau keluar ongkos banyak, Selain itu juga bisa angkut banyak orang," kata Slamet, Minggu (11/12/2016).

Namun hal itu bertolak belakang terhadap keterangan yang diberikan oleh Amang Mulahela (58), Purnakarya Dinas Perhubungan Kabupaten Pasuruan, Beliau menilai bahwa dengan pemberlakuan pemerintah tersebut dilanggar oleh banyak pengemudi mobil bak terbuka, Resiko kecelakaan pun juga cukup besar jika mobil bak terbuka digunakan untuk mengangkut orang.

"Wong aturan sudah jelas kok masih saja dilanggar, Padahal kecelakaan pun juga sering terjadi pada pick-up yang digunakan untuk mengangkut orang, Sudah pernah terjadi di Probolinggo kemarin juga belum menimbulkan efek jera bagi pengendara," terang Amang.

Larangan penggunaan mobil bak terbuka ini sudah berlaku di Kabupaten Pasuruan dan bahkan beberapa kota di Indonesia, Oleh karenanya pemberlakuan ini bersifat paten untuk mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas pada penggunaan mobil bak terbuka yang digunakan mengangkut orang.

Jurnalis : Mahdi Ramadhan Muzakky (Sketsa Pandaan)

Sabtu, 10 Desember 2016

FAISAL, UDIN DAN SAFAI CERMIN KESEDERHANAAN PELAJAR JAMAN NOW


Prigen - Kondisi kehidupan desa dan kehidupan kota memang sangat jauh berbeda, Hal tersebut dikarenakan oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat di daerah perkotaan sehingga secara otomatis membentuk pola pikir seseorang untuk hidup lebih praktis.

Saat ini jarang sekali anak sekolah terlihat berangkat dan pulang dengan berjalan kaki, Apalagi hidup di perkotaan yang dimanjakan dengan teknologi transportasi modern seperti mobil, sepeda motor, angkot maupun ojek tersebut menjadi salah satu alat utama beberapa orang tua yang mengantarkan anaknya ke sekolah yang justru menjadi jurang ketergantungan dan pendidikan yang jauh dari kemandirian.

Namun pemandangan berbeda terlihat di Dusun Sukolilo, Desa Sukolilo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Saat Sketsa Pasuruan melakukan penelusuran obyek di daerah tersebut beberapa hari yang lalu menjumpai tiga sahabat kecil sedang berjalan pulang sekolah sembari bercanda seakan mereka larut dalam kebahagiaan.

Mereka bertiga bernama Faisal, Udin dan Safai yang duduk di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sukolilo Prigen yang berada di Dusun Ganti, Desa Sukolilo yang diketahui jarak dari sekolah kerumah mereka pun juga cukup lumayan jauh.

Tetapi hal tersebut tak menjadi halangan yang berarti buat ketiga sahabat ini. Setiap hari mereka bertiga senantiasa berangkat dan pulang bersama-sama, bercanda, tertawa dan bermain sudah menjadi di jalan adalah kebiasaan mereka sehari-hari.

Transportasi umum di daerah ini pun sangat jarang, Oleh karenanya gaya hidup yang dilakukan oleh warga sekitar adalah dengan berjalan kaki. Disamping itu keberadaan dan kondisi alam pun juga mendukung, Kesejukan dan kesegaran suasana alami masih terasa di Dusun Sukolilo ini.

Faisal (8), mengatakan bahwa ia dan teman-temannya setiap hari berjalan kaki menuju sekolah sembari bercanda dan tak terasa perjalanan yang ia lakukan dengan menempuh beberapa kilometer dari rumahnya pun juga tak terasa.

"Yah jalan kaki mas tiap hari sama anak-anak gini, Tidak ada yang mengantar, Orang tua sibuk ke sawah semua," kata Faisal.

M. Zainuddin (30), Seorang tenaga pendidik asal Sukorejo, angkat bicara soal potret sederhana yang ada di Dusun Sukolilo tersebut, Ia menganggap bahwa kondisi seperti itu dapat dijadikan salah satu contoh bagaimana pembentuk pola pikir pada pendidikan anak usia dini dan pendidikan terhadap beberapa orang tua untuk mengajarkan agar tidak tergantung dengan teknologi transportasi saja serta menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dengan berjalan kaki.

"Baik ini sebagai contoh terhadap orang tua yang memanjakan anaknya, Berangkat diantar, Pulang dijemput mengakibatkan anak menjadi malas, Apalagi kecanduan gadget saat ini pun juga menjadi konsumsi sehari-hari. Ini sangat jelas terasa dan berdampak kepada perkembangan pola pikir anak. Oleh karenanya saya senang masih dapat melihat kondisi seperti ini walaupun jarang terlihat," jelas Zainuddin.

Jurnalis : Mahdi Ramadhan Muzakky (Sketsa Pandaan)

Jumat, 09 Desember 2016

TALANG ABANG, JEMBATAN SALURAN AIR PENINGGALAN BELANDA DI PANDAAN"

Pandaan - Salah satu aset peninggalan Belanda yang tersisa di Pandaan adalah 'Talang Abang', Tempat tersebut merupakan aliran air yang konon sebagai tempat atau jalur pengiriman barang dengan kapal getek oleh tentara Belanda.

Bangunan tersebut terletak di Dusun Winong, Desa Sumbergedang, Kecamatan Pandaan. Banyak sekali masyarakat yang mengunjungi tempat ini karena keeksotisan bangunan tersebut serta keindahan alamnya.

Ahmad Yazid (35), warga Sidoarjo yang datang ke lokasi mengira bahwa dari bawah terlihat Talang Abang tersebut seperti jembatan yang dapat dilewati orang atau kendaraan, Namun sebenarnya adalah saluran air.

"Sebelumnya saya kira jembatan tersebut dapat dilewati motor, Tidak tahunya adalah saluran air," ucap Yazid.

Memang nampak dari bawah bangunan tersebut seperti jembatan yang dapat dilalui kendaraan, Namun sebenarnya jika dilihat dari atas adalah saluran air (kanal) hingga masyarakat sekitar menyebutnya 'Talang Abang'.

Disebut Talang Abang (dalam bahasa jawa talang adalah saluran air, red) karena saluran air tersebut berwarna kemerahan, Warna cat merah tersebut diartikan simbol yang menurut cerita adalah tumpah darah para pejuang yang berperang demi Negara Indonesia dari penjajahan kolonial Belanda.

Di bawah jembatan saluran air itu juga terdapat sungai yang banyak bebatuan besar. Di bangun dengan struktur yang unik terdapat lekukan lima oleh arsitek kolonial Belanda saat itu.

Sayang jembatan ini nampak tak terawat, umur bangunan pun juga sudah mencapai ratusan tahun, Namun juga banyak masyarakat yang penasaran terhadap kondisi, lokasi dan keindahan bangunan ini dengan latar belakang Gunung Penanggungan yang sangat menawan itu.

"Saya jauh-jauh dari Pasuruan sebenarnya hanya ingin tahu kondisi dan lokasi bangunan ini mas, Dengar-dengar bagus dan alamnya sangat indah. Memang benar disini udaranya segar dan kondisi alamnya juga sangat sejuk," kata Yazid.

Jurnalis : Mahdi Ramadhan Muzakky (Sketsa Pandaan)

Kamis, 08 Desember 2016

DUSUN KEBONAGUNG PRIGEN, PESONA KEINDAHAN ALAM PASURUAN





Prigen - Keindahan alam wisata Kecamatan Prigen memang sangat menawan, Terlebih Prigen saat ini menjadi daerah wisata pegunungan unggulan di Kabupaten Pasuruan dengan jargon 'Pasuruan City of Mountain'.

Wilayah geografis Kecamatan Prigen terletak di daerah Pegunungan, Dikelilingi oleh Gunung Arjuno dan Gunung Welirang yang menjadikan daerah ini cocok sebagai tempat peristirahatan atau berlibur.

Sketsa Pasuruan melihat kondisi alam daerah timur geografis Prigen yang lokasinya mirip dengan wisata 'Paralayang' yang berlokasi di Gunung Banyak, Kota Batu. Daerah tersebut adalah Dusun Kebonagung.

Dusun Kebonagung sendiri terletak di Desa Sukolilo, Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan, Daerah ini terletak di ujung selatan perbatasan antara Desa Sukolilo dan Kelurahan Ledug.

Pesona keindahan alam ketinggian, Menjadikan dusun ini nampak indah terlihat dari atas disaat siang ataupun malam hari. Tak heran jika beberapa warga atau masyarakat sekitar juga menamai 'Paralayang Pasuruan'.

Sayifi Rofiq, Warga Dusun Kebonagung menjelaskan bahwa memang daerahnya tersebut masih belum terkespose sampai keluar, Bahkan tidak ada yang tahu jika Dusun Kebonagung ini tak kalah menarik dengan wisata Paralayang yang ada di Batu.

"Saya rekreasi tak perlu jauh-jauh ke Batu mas, di dusun saya sendiri ini kalau malam sudah seperti Paralayang," terang Rofiq, Kamis (08/12/2016).

Kalau dilihat pada malam hari dari ketinggian dusun ini nampak ribuan titik lampu berwarna-warni dari berbagai daerah dapat terlihat dengan sangat mempesona

Mulai dari Pandaan, Gempol, Beji, Sukorejo dll menjadi sajian utamanya berpadu dengan bintang dilangit, bekedip layaknya kunang-kunang tersapu udara. Dan pada pagi harinya dapat menikmati suguhan pesona terbitnya matahari dari ufuk timur.

Inilah salah satu pesona keindahan alam Pasuruan yang menjadi salah satu embrio destinasi wisata pegunungan Prigen, Rofiq berharap nantinya daerah Kebonagung mendapat legalitas oleh sentuhan pemerintah dan dipromosikan menjadi wisata unggulan Pasuruan.

"Semoga pemerintah menjadikan Kebonagung ini menjadi daerah wisata yang diresmikan dan dikelola oleh pemerintah melalui Badan Promosi Pariwisata Daerah mas," jelas Rofiq.

Jurnalis : Mahdi Ramadhan Muzakky (Sketsa Pandaan)

Rabu, 07 Desember 2016

KISAH MBAH PANDAK, WALI PENDIRI PANDAAN


"MBAH PANDAK, SANG WALI PENDIRI PANDAAN"
Pandaan - Pandaan merupakan salah satu diantara 24 Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pasuruan, Pandaan juga mempunyai jumlah penduduk yang sangat padat dan mayoritas penduduk daerah ini berdagang.
Hal itu dikarenakan perekonomian didaerah ini berkembang dengan sangat pesat. Industri, Pasar Modern dan Tempat Kuliner pun juga berdiri di Pandaan. Oleh karenanya tak heran julukan 'Metropolis Pasuruan' pun disematkan kepada Pandaan.
Namun, Pandaan juga memiliki ikatan sejarah yang sangat kuat, Banyak versi cerita turun temurun mengenai Pandaan. Salah satu yang tersohor adalah mengenai keberadaan sosok orang tua yang bernama 'Mbah Pandak'.
Kami berkesempatan menelusuri salah satu Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rukun Bhakti Pandaan yang berada di wilayah Lingkungan Turus, Kelurahan Pandaan. Disana bersemayam wali pendiri Pandaan yang bernama Mbah Pandak itu.
Tembok kokoh 3 dimensi dengan ukuran 9 m² mengelilingi makam dan beratap genting yang dibangun seperti sebuah surau. Pada salah satu sisi tembok makam terdapat papan yang bertuliskan 'Pesarean Makam Mbah Pandak'. Di sekitar juga tak ditemukan keterangan yang jelas mengenai angka tahun dan data tertulis lainnya wafat wali pendiri Pandaan tersebut.
Silo (33), warga Kampung Baru Pandaan, Yang tinggal disekitar area makam tersebut bercerita bahwa ia pernah melihat ada sosok orang tua dengan postur pendek yang kerap kali menampakkan diri di sekitar makam. Dengan ukuran tubuh yang pendek tersebut orang-orang disini menyebutnya Mbah Pendek atau Mbah Pandak.
"Beberapa tahun silam saya pernah melihat sosok tua dengan postur yang pendek yang sering menampakkan diri di makam ini mas, Orang-orang yang lain pun dari dulu juga demikian. Oleh karenanya orang-orang menyebutnya Mbah Pendek atau Mbah Pandak itu yang sekarang jadi nama Kecamatan Pandaan," cerita Silo,
Beragam cerita mengenai berdirinya Pandaan pun juga lahir dari berbagai versi, Ada juga yang menyebut bahwa Pandaan itu merupakan sebuah tempat pemberhentian tentara kerajaan sehingga dinamakan 'Pandekan' (tempat berhenti) yang diubah menjadi Pandaan.
Tak heran jika memang Pandaan menjadi salah satu tempat tujuan para wisatawan domestik yang hanya ingin melepas lelah atau sekedar berbelanja mencari oleh-oleh ke Pandaan.
Untuk menghormati jasa-jasa yang dilakukan oleh Mbah Pandak, Masyarakat Kelurahan Pandaan membangun makam beliau dengan cara swadaya hingga menjadi bangunan yang tampak istimewa diantara bangunan makam yang lain.
(Mahdi Ramadhan Muzakky/Mokhammad Sofyan)

Sabtu, 03 Desember 2016

REBOISASI, JADIKAN PANDAAN ASRI DAN SEJUK


Pandaan - Dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup reboisasi dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pasuruan yang berguna untuk menyerap polusi serta debu dari udara, kemudian membangun kembali habitat serta ekosistem alam, juga mencegah pemanasan global dengan cara menangkap udara yang steril.

Saat ini volume kendaraan pun juga sangat banyak memenuhi jalanan raya, Apalagi di Pandaan yang menjadi salah satu barometer perekonomian di Kabupaten Pasuruan. Oleh karenanya dampak dari penggunaan kendaraan bermotor tersebut menyebabkan polusi udara.

Untuk itu Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) melakukan penanaman (reboisasi) bibit tanaman yang sangat sejuk dan rindang dalam menetralisir serta mengendalikan asap kendaraan bermotor.

Sya'roni (35), selaku Divisi Hubungan Masyarakat Forum Komunikasi Peduli Lingkungan (FKPL) Kabupaten Pasuruan angkat bicara bahwa dengan upaya reboisasi yang dilakukan pemerintah tersebut adalah langkah yang efektif untuk memerangi polusi udara dalam hal ini adalah asap kendaraan bermotor, Untuk itu penanaman pohon dan tanaman pun dilakukan di Pandaan dan sekitarnya.

"Sangat tepat sekali BLH memberikan penghijauan di Pandaan ini, Seperti kita tahu Pandaan sangat padat sekali dengan kendaraan bermotor, Polusi udara pun terjadi setiap hari. Untuk itu reboisasi ini adalah langkah yang paling efektif disamping Car Free Day yang dilaksanakan 2 minggu sekali, Kami dari FKPL senantiasa mendukung penuh program penghijauan yang ada di wilayah Kabupaten Pasuruan termasuk Pandaan ini." terang Sya'roni, Sabtu (03/12/2016).

Sayangnya kerap kali keberadaan dari pohon serta tanaman yang menghiasi median jalan ini rusak akibat ulah masyarakat yang tak bertanggung jawab ketika digelar beberapa event yang melewati jalan tersebut. Hingga kini upaya-upaya reboisasi ini terus dikaji sampai ditemukan solusinya agar ketika event-event pemerintahan berlangsung masyarakat tidak sampai menginjak-injak pohon dan tanaman tersebut.

Jurnalis : Mahdi Ramadhan Muzakky (Sketsa Pandaan)









WATU BANTENG, SITUS SEJARAH DI PANDAAN


Pandaan - Watu Banteng merupakan situs bersejarah yang berlokasi di Kelurahan Jogosari, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Situs tersebut berada area tengah persawahan yang ditanami pohon pisang disekitarnya dan berdiri sebuah kompleks perumahan yang juga dinamakan 'Perumahan Watu Banteng'.

Difela Rahma (22), Salah seorang warga Perumahan Watu Banteng menceritakan bahwa yang dimaksud dari Watu Banteng itu adalah sebuah Arca Nandi. Nandi adalah kendaraan suci Dewa Siwa yang disebut juga Lembu Kemakmuran. Nandi dikenal sebagai Pasoepati yang dipuja sebagai pelindung agraris.

Arca Nandi merupakan pertanda keberadaan agama Hindu Siwa pada suatu daerah. Posisi Arca Nandi duduk menghadap kearah selatan, kaki depan ditekuk ke belakang, kaki belakang ditekuk ke belakang, dan kepala telah hilang. Diapit dua pilar yang berbentuk balok dengan bagian atas bulat.

Tidak jauh dari Arca Nandi tanpa kepala dengan dua pilar terdapat yoni berbentuk kubus. Sayangnya situs ini telah dicat dengan warna merah, terlihat dari bekas cat yang masih menempel. Untuk mencapai situs ini pun lumayan sulit. Melewati persawahan yang jalannya sangat sempit, Lengah sedikit pun bisa terjun ke lumpur apalagi dalam kondisi hujan seperti ini areal persawahan juga menjadi becek.

Dengan keadaan tempat seperti ini tidak diketahui arca ini peninggalan dari kerajaan mana karena tidak ada keterangan yang jelas disekitar situs. Entah peninggalan dari kerajaan Majapahit atau Singosari masih belum diketahui. Pada seluruh situs tersebut juga terdapat tulisan '47/PSA/1988'.

Maksud dari tulisan yang tertera pada arca tersebut adalah situs tersebut telah diteliti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Trowulan terakhir pada tahun 1988 dan sampai sejauh ini belum mendapatkan perhatian dari pemerintah lagi.

"Yah begitulah sedikit gambaran yang saya tahu tentang watu banteng ini mas, Sampai sejauh ini pun juga situs ini belum mendapatkan perhatian dari pemerintah sejak terakhir diteliti pada tahun 1988 silam oleh BPCB," cerita Difela, Sabtu (03/12/2016).

Menurut banyak cerita yang beredar di masyarakat, Apabila kepala Arca Nandi disatukan dengan badannya, Maka Arca Nandi ini akan hidup lagi, entah benar atau tidak, Ini hanya sekedar mitos yang beredar disekitar daerah ini. Bahkan konon ada yang mengatakan bahwa kepala dari banteng tersebut kini berada di sekitar area Candi Jawi. Namun setelah dicari dan dibuktikan kepala banteng tersebut memang tidak ada.

"Semoga saja situs ini segera memperoleh perhatian dari pemerintah, Dan saya bisa membayangkan jika suatu hari nanti daerah Perumahan Watu Banteng ini akan ramai menjadi kawasan wisata yang dikunjungi turis domestik dan luar negeri karena terdapat peninggalan sejarah disitu," imbuh Difela.

Jurnalis : Mahdi Ramadhan Muzakky (Sketsa Pasuruan)

PANTAU KESEHATAN SUNGAI, FKPL AJAK GURU-GURU TELITI EKOSISTEM DAS KEDUNGLARANGAN DENGAN POLA BIOTILIK

Pandaan - Upaya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan terus dilakukan secara berkala oleh Forum Komunikasi Peduli Lingkungan (FKPL) Kab...