Bangil - Setelah beberapa waktu yang lalu telah dibahas mengenai senjata khas Kabupaten Pasuruan yang bernama 'Monteng' oleh Ketua Harian Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan (DK3P), Ki Bagong Sabdo Sinukarto pada media cetak yang berjudul 'Garang Tapi Humanis'.
Kini Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan (DK3P) yang didukung oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pasuruan juga menggelar kegiatan dengan tema 'Dialog Publik Dalam Rangka Memperkenalkan Senjata Tradisional Monteng Kabupaten Pasuruan'.
Bertempat di Lesehan Sebani, Kelurahan Pogar, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan pada Kamis, 12 Mei 2016 dimulai pukul 09.00 WIB dialog publik telah resmi dibuka oleh Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pasuruan, Muslich, SE yang didampingi oleh Anggota Bina Masyarakat Polres Pasuruan, Ipda Jumari, Pimpinan Ludruk Arboyo Surabaya, Kaswanto alias Lupus Arboyo, Perwakilan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep, Mahendra, serta Ketua Harian DK3P, Ki Bagong Sabdo Sinukarto.
Hadir pula para Seniman Pencak, Ludruk, Dalang, Musisi, Budayawan, Perupa, Akademisi, LSM serta beberapa Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang ada di Kabupaten Pasuruan yang turut serta melihat dan penasaran terhadap 'Monteng' yang dinilai menjadi salah satu senjata sekaligus sebagai alat pertanian yang digunakan Legenda Sagiman atau Sakera pada tahun 1800-an tersebut.
Sekretaris Diskominfo Kabupaten Pasuruan, Muslich, SE menyampaikan bahwa pengenalan senjata tradisional daerah itu sangat penting, Karena nantinya 'Monteng' ini akan mengerucut pada satu rujukan dan rencananya akan dipatenkan menjadi senjata khas Kabupaten Pasuruan tentu dengan kesepakatan dari berbagai unsur dan pihak yang akan terlibat.
"Mengapa harus monteng? Kenapa tidak clurit atau yang lain? Tak lain dan tak bukan ini sangat erat kaitannya dengan 'Legenda Sagiman' atau lebih dikenal 'Sakera', Nantinya monteng yang sudah melekat di Legenda Sakera ini nanti akan dikenalkan kepada masyarakat sebagai senjata khas Kabupaten Pasuruan seperti halnya Rencong yang merupakan senjata khas D.I. Aceh, Gading dari Jawa Barat dll, Nantinya diharapkan 'Monteng' ini juga menjadi salah satu souvenir yang dimiliki Kabupaten Pasuruan untuk meningkatkan pendapatan Kabupaten Pasuruan tentunya," terang Muslich.
Dalam kesempatan tersebut dan jauh sebelum membahas monteng tersebut, Ki Bagong juga mengatakan bahwa beliau memberanikan diri untuk merubah Dewan Kesenian Kabupaten Pasuruan menjadi Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan atau lebih dikenal DK3P, Karena menurutnya nilai-nilai budaya di Kabupaten Pasuruan ini sangat banyak dan harus di eksplorasi.
"Saya coba memberanikan diri untuk merubah Dewan Kesenian menjadi Dewan Kesenian dan Kebudayaan yang tentu punya alasan, Budaya di Pasuruan ini sangat banyak namun sepertinya pemerintah tidak sempat untuk mengangkatnya, Satu hal contoh ketika ditanya apa makanan khas Kabupaten Pasuruan?, Ada yang menjawab Bakpo Telo itu salah, Jongkong, Cenil, Gatot itu makanan yang tepat dan seharusnya menjadi jawaban karena itu menjadi bagian dari salah satu budaya yang ada di Pasuruan," jelas Ki Bagong.
Oleh karena itu mengenalkan 'Monteng' kepada masyarakat juga merupakan upaya dalam mengangkat budaya yang ada di Kabupaten Pasuruan melalui 'Legenda Sagiman' atau lebih dikenal dengan nama 'Sakera' yang nantinya juga akan diupayakan dalam membina pengusaha pande besi untuk memproduksi 'Monteng' ini sebagai salah satu souvenir dan sekaligus senjata khas Kabupaten Pasuruan yang nantinya akan berdampak pada bertumbuhnya perekonomian di Kabupaten Pasuruan.
Jurnalis : Mahdi Ramadhan Muzakky (Sketsa Pandaan)
Photografer : M. Misbakhul Munir (Sketsa Pandaan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar