Jumat, 09 Oktober 2015

SEJARAH JANCOK, KATA YANG DIANGGAP JOROK MASYARAKAT


Pasuruan - Jancok, Demikian kata tersebut diucapkan memiliki sejarah yang masih sangat rancu. Kemunculannya banyak ditafsirkan karena adanya pelesetan oleh orang-orang terdahulunya yang salah tangkap dalam pemaknaannya.

Dimana versi-versi ini muncul dari beberapa negara tetangga yang orang-orangnya mengucapkan kata yang memiliki intonasi berbeda namun fontnya hampir sama.

Dikarenakan orang-orang dari beberapa negara tetangga tersebut mengucapkan kata yang hampir mirip kata jancok itu dengan ekspresi marah atau geram dan semacamnya, orang-orang Jawa dahulu mengartikan kata jancok (menurut lidah orang Jawa) adalah kata makian.

Sampai sejauh ini kata ini perkembangan kata tersebut di Surabaya justru digunakan sebagai bahasa sehari-hari dan menjadi ikon tata bahasa Surabaya.

Beberapa sumber yang Sketsa Pandaan temui mengatakan bahwa ada beberapa versi yang beredar tentang kata yang sangat nge-hits tersebut.

Menurut Nur Yasin, Tokoh masyarakat asal Lingkungan Niaga, Pandaan mengatakan bahwa kata tersebut memiliki beberapa versi, Yang pertama adalah versi Arab, versi Belanda, versi Jepang dan versi umpatan masyarakat Surabaya.

"Saya mempunyai beberapa referensi yang bisa menjadi ensiklopedi dan wawasan pembaca tentang perkembangan dan sejarah kata jancok tersebut," terang Sogla sapaan akrab Nur Yasin (09/10/2015)

Yang pertama versi kedatangan Arab yang bermula dari kata Da’Suk. Da’ artinya 'meninggalkanlah kamu', dan assyu’a artinya 'kejelekan', digabung menjadi Da’Suk yang artinya 'tinggalkanlah keburukan'. Kata tersebut diucapkan dalam logat Surabaya menjadi 'jancok'.

Yang kedua, versi penjajahan Belanda diadopsi dari bahasa Belanda 'yantye ook' yang memiliki arti 'kamu juga'. Istilah tersebut populer di kalangan Indo-Belanda sekitar tahun 1930-an. Istilah tersebut diplesetkan oleh para remaja Surabaya untuk mencemooh warga Belanda atau keturunan Belanda dan mengejanya menjadi 'yanty ok' dan terdengar seperti 'yantcook'. Sekarang, kata tersebut berubah menjadi 'jancok' atau 'dancok'.

Yang ketiga, versi penjajahan Jepang yang berasal dari kata 'sudanco' yang zaman romusha berarti 'Ayo Cepat'. Kata tersebut digunakan dalam ungkapan menyuruh dengan nada paksaan yang dilakukan penjajah Jepang kepada rakyat Indonesia kala itu, Dan akhirnya menjadi ungkapan kekesalan pemuda Surabaya dan diplesetkan menjadi kata 'dancok'.

Yang keempat adalah versi Umpatan, warga Kampung Plemahan di Surabaya memiliki sejarah oral bahwa kata 'jancok' merupakan akronim dari 'Marijan ngencuk' (Marijan berhubungan badan). Kata encuk merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti 'berhubungan badan', Terutama yang dilakukan di luar nikah yang pada akhirnya kata 'Jancok' ini menjadi kata jorok yang sampai saat ini masih diucapkan dalam nada kekesalan.

Jurnalis : Mahdi Ramadhan Muzakky (Sketsa Pandaan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PANTAU KESEHATAN SUNGAI, FKPL AJAK GURU-GURU TELITI EKOSISTEM DAS KEDUNGLARANGAN DENGAN POLA BIOTILIK

Pandaan - Upaya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan terus dilakukan secara berkala oleh Forum Komunikasi Peduli Lingkungan (FKPL) Kab...