Kamis, 17 November 2016

PSBP, MATA PELAJARAN YANG TUAI PRO KONTRA


Pasuruan - Bagi sebagian masyarakat yang mengenyam bangku sekolah dasar, menengah dan atas di kisaran tahun 1990-an pasti pernah belajar dan masih ingat satu mata pelajaran yang disebut PSPB yang merupakan kepanjangan dari Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa.

Sesuai dengan namanya, pelajaran ini mendalami nilai-nilai sejarah yang pernah dilakukan pahlawan-pahlawan nasional dikala itu. PSPB ini masuk dalam kurikulum 1984 dan penyusunannya didominasi sejarawan dari Pusat Sejarah ABRI yang diarsiteki oleh Nugroho Notosutanto.

Momen lahirnya PSPB ini dicetuskan oleh Jenderal M. Jusuf yang mendapati kenyataan bahwa taruna-taruna Akabri saat itu memiliki pengetahuan yang dangkal mengenai sejarah perjuangan bangsa.

Fakta ini oleh M. Jusuf disampaikan kepada Jenderal Soeharto yang sudah sejak lama menginginkan juga penanaman nilai-nilai perjuangan bangsa ke dalam hati siswa dan tidak hanya sebagai mata pelajaran belaka.

Hebatnya mata pelajaran PSPB ini adalah pemberlakukannya sebagai salah satu mata pelajaran secara spesifik diatur dalam TAP MPR No II/MPR/1982 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang menyebutkan bahwa 'Dalam rangka meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda, maka di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta, wajib diberikan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)'.

Tetapi dalam penerapannya PSPB ini menuai pro dan kontra di masyarakat sejarah yang sebelumnya tidak banyak diketahui masyarakat dan belum dikupas tuntas kepada media, Oleh karena itu butuh sumber yang kuat terutama sejarawan yang murni akademisi atau saksi kunci dari sejarah itu sendiri dan jauh dari kepentingan politik.

Menurut keterangan Ibnu Toyib (35), Guru sekolah dasar salah satu sekolah negeri di Pandaan mengatakan bahwa sangat tragis melihat sejarah Indonesia ternyata tidak benar-benar asli dari suatu peristiwa bersejarah. Banyak indikasi yang mengarahkan bahwa sejarah dibuat oleh penguasa dan cenderung mengutamakan mereka, Butuh sebuah media untuk mencoba meluruskannya dan melihat dari berbagai perspektif. Sejarah yang sebelumnya dilihat dari perspektif penguasa, mencoba dilihat dari perspektif korban, Oleh karenanya ia setuju jika PSPB ditiadakan sejak 1994 silam.

"PSBP saya nilai sebuah mata pelajaran yang mengindikasikan dan mengarahkan bahwa sejarah itu sepertinya dibuat-buat oleh penguasa saat itu. Saat ini kita butuh media untuk meluruskannya dan melihat dari berbagai perspektif. Mulai dari sumber yang kuat yaitu sejarawan ataupun saksi sejarah itu sendiri," terang Toyib saat ditemui disela-sela kesibukannya, Kamis (17/11/2016)

Tujuan awal pemberlakuan mata pelajaran ini adalah untuk memperkuat rasa moral kebangsaan dan rasa nasionalisme anak-anak sekolah, Agar mempunyai penentuan sikap dan respon yang baik akan perjuangan bangsanya sendiri, Namun sejak tahun 1985, Nugroho Notosutanto arsitek dari PSPB ini wafat serta oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Fuad Hasan kala itu sejak tahun 1994 mata pelajaran PSPB ini ditiadakan dikarenakan menuai pro dan kontra di masyarakat.

Jurnalis : Mahdi Ramadhan Muzakky (Sketsa Pandaan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PANTAU KESEHATAN SUNGAI, FKPL AJAK GURU-GURU TELITI EKOSISTEM DAS KEDUNGLARANGAN DENGAN POLA BIOTILIK

Pandaan - Upaya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan terus dilakukan secara berkala oleh Forum Komunikasi Peduli Lingkungan (FKPL) Kab...